BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau
lebih suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga
terkena efek Tyndall ( efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar).
Bersifat homogen berarti
partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga
dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,
tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia
industri karena kepentingannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatasa dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid ?
3. Apa saja sifat-sifat dari koliod ?
4. Bagaimana cara pembuatan koloid ?
5. Dimana saja koloid itu dipergunakan ?
1. Apa itu koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid ?
3. Apa saja sifat-sifat dari koliod ?
4. Bagaimana cara pembuatan koloid ?
5. Dimana saja koloid itu dipergunakan ?
1.3 Tujuan
1. Agar kita mengetahui apa itu koloid
beserta jenis-jenisnya .
2. Agar kita mengetahui sifat-sifat dari koloid .
3. Agar kita mengetahui cara-cara
pembuatan koloid.
4. Agar kita mengetahui cara penggunaan
koloid .
5. Agar kita
mengetahui aplikasi-aplikasi dari koloid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN KOLOID, LARUTAN, SUSPENSI
Nama koloid untuk pertama kali diberikan
oleh Thomas Graham pada tahun 1861.
Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid
yang berarti seperti. Secara harfiah, koloid dapat diartikan seperti lem.
Karena, koloid diibaratkan seperti lem dalam hal kemampuan difusinya.Nilai
difusi koloid sama rendahnya dengan lem. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat
sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan
homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat
sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan.
Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak
sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan
semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah.
Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi
Perbedaan yang mencolok antara
larutan, koloid, dan suspensi disajikan dalam tabel 1.1 berikut:
Tabel 1 Perbedaan Larutan, Koloid ,
Suspensi
Aspek yang
dibedakan
|
Sistem Dispersi
|
||
Larutan
|
Koloid
|
Suspensi
|
|
Bentuk
campuran
|
Homogen
|
Homogen
|
Heterogen
|
Bentuk dispersi
|
Dispersi molekul
|
Dispersi padatan
|
Dispersi padatan
|
Penulisan
|
X(aq)
|
X(s)
|
X(s)
|
Ukuran
Partikel
|
< 1 nm
|
1 nm – 100 nm
|
>100 nm
|
Fase
|
Homogen
|
Heterogen
|
Heterogen
|
Penyaringan
|
Tidak
dapat disaring dengan kertas saring maupun saringan permeable
|
Tidak dapat
disaring dengan kertas saring biasa, tapi dapat disaring dengan saringan
pemeable
|
Dapat
disaring dengan kertas saring biasa
|
Pemeriksaan
|
Tidak
dapat diamati dengan microscope biasa, tapi teramati dengan microscope
elektron
|
Dapat
diamati dengan microscope ultra.
|
Dapat
diamati dengan microscope biasa.
|
Jika
Didiamkan
|
Tidak
memisah
|
Tidak
memisah
|
Memisah
|
Warna
|
Jernih
|
Jernih
sampai keruh
|
Keruh
|
Contoh
Dispersi
|
Gula dalam
air
|
Air susu
|
Pasir
dalam air
|
2.2 JENIS-JENIS KOLOID
Sistem
koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat,
cair, dan gas.
- Zat terdispersi, yakni zat
yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan
fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
A. Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol
dapat dibagi menjadi:
1. Sol Padat
Sol
padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan
logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2. Sol Cair (Sol)
Sol cair
merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta,
tepung dalam air, tanah liat, dll.
3. Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas
merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di udara, asap pembakaran,
dll
B. Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya,
emulsi dapat dibagi menjadi:
1.
Emulsi Gas (Aerosol Cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair
seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan bantuan
bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob
yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2.
Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu
zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Sifat emulsi cair yang penting
ialah:
a.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
b.
Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
C. Emulsi Padat atau Gel
Gel
merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap
terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini,
partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini
kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana
medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat
keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:
1. Gel elastic
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan
kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.
2. Gel
non-elastis
Contoh adalah gel silica.
D. Koloid
Buih
Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian,
berdasarkan medium pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi:
1. Buih Cair
(Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan
buih diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke
daerah antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh
kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan
kocokan putih telur.
Sifat-sifat buih cair
ialah:
a.
Struktur buih cair berubah dengan waktu karena
drainase (pemisahan medium pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang
jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas, dan ukuran gelembung gas
menjadi lebih besar akibat difusi.
b.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi
gaya dari luar
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem
koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi
zat padat.
Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih
padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll
Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase
terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya
tergolong sebagai larutan.
Secara garis
besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2
berikut ini.
Tabel 2 Jenis Sistem Koloid dan
Contoh-contohnya
No.
|
Fase Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama Koloid
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol emas, agar-agar, jelly, cat,
tinta, air sungai
|
2.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Asap, debu padat
|
3.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Paduan logam, kaca berwarna
|
4.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Kabut, awan
|
5
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Santan, susu, es krim, krim,
lotion, mayonaise
|
6.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Keju, mentega, mutiara
|
7.
|
Gas
|
Cair
|
Buih, busa
|
Busa sabun
|
8.
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Karet busa, batu apung
|
2.3 SIFAT-SIFAT
KOLOID
·
Efek
Tyndall
Efek Tyndall ialah
gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal
ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu
larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan
cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada
sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Dalam realitasnya efek Tyndall dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya :
1) Sorot lampu proyektor di gedung
bioskop akan tampak jelas ketika ada asap rokok sengga gambar film yang ada di
layar menjadi tidak jelas.
2) Sorot lampu mobil pada malam hari
yang berdebu, berasap, atau berkabut akan tampak jelas.
3) Berkas sinar matahari yang
melalui celah daun pepohonan pada pagi hari yang berkabut akan tampak jelas.
·
Gerak Brown
Gerak Brown ialah
gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown, Sesuai dengan nama penemunya Robert
Brown. Partikel-partikel
suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah.
Oleh
karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan
arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi.
Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
· Muatan Koloid
1. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan
dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka
partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis
muatannya.Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif),
sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katoda (elektrode negatif).
Dengan demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan
koloid.
2.
Adsorpsi
Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi).
Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi).
Sebagai contoh, penyerapan air oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air
mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2S3
mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif Muatan koloid juga
merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di samping gerak Brown. Oleh karena
bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga
terhindar dari pengelompokan antarsesama partikel koloid itu (jika partikel
koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama-kelamaan dapat
terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya mengendap).
Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain, misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernihan air minum.
Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain, misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernihan air minum.
·
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik
seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.Beberapa
contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri sebagai berikut:
Ø
Pembentukan
delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
Ø
Karet dalam
lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
Ø
Lumpur
koloidal dalam sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah
liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan
oleh ion Al3+ dari tawas (aluminium sulfat).
Ø
Asap atau
debu dari pabrik dan industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik
dari Cottrel.
·
Koloid
Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid
harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain pihak, koloid perlu
dijaga supaya tidak rusak.Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan
koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus
partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh:
- Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula.
- Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
- Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.
·
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari
ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Pada
pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu
kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan
suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid
dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke
dalam bejana yang berisi air mengalir.Kantong koloid terbuat dari selaput
semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil,
seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian,
ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.
·
Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium
dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob.Suatu koloid
disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup
besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka
cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka).Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid
liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat
lemah.
Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut
atau benci).Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis
koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid
hidrofob.
Contoh:
-Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
-Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
-Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
-Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Perbandingan Sifat Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob Dapat dilihat di tabel 1.3 berikut :
Tabel
3 Perbedaan sol Hidrofil dan Sol
Hidrofob
Sel Hidrofil
|
Sel Hidrofob
|
Mengadsorbsi mediumnya
|
Tidak mengadsorbsi mediumnya
|
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar
|
Hanya stabil pada konsentrasi kecil
|
Tidak mudah menggumpal pada penambahan elektrolit
|
Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit
|
Viskositas lebih besar daripada mediumnya
|
Viskositas hampir sama dengan mediumnya
|
Bersifat reversible
|
Tidak reversible
|
Efek tyndall lemah
|
Efek tyndall lebih jelas
|
Koloid organik
|
Umumnya koloid anorganik
|
Gerak Brown tidak jelas
|
Gerak Brown jelas
|
2.4
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Ukuran partikel
koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh
karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan mengelompokkan (agregasi)
partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian
didispersikan kedalam medium pendispersi
- Metode
kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil
larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
1. CARA KONDENSASI
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat diliakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat diliakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2.
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2.
2H2S + SO2 Ã
2H2O + 3S (koloid)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirnya gas H2S:
2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirnya gas H2S:
2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Misalnya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi
hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
c. Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
d. Penggati Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.
2. CARA DISPERSI
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
A. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
B. Cara Busur
Bredig
Cara busur Bredig ini biasanya
digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini,
logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai
elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air
suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua
elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan
logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi
dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid.
Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode
ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
C. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim peptin.
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim peptin.
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
D. Koloid Asosiasi
Koloid asosiasi adalah sistem koloid
yang terbentuk ketika partikel atau molekul terdispersi mengadakan asosiasi
dengan medium pendispersinya.
F. Koloid dan Polusi
Kabut merupakan dispersi partikel
air dalam udara. Kabut terjadi jika udara panas yang mengandung uap air
tiba-tiba mengalami pendinginan sehingga sebagian uap air mengalami kondensasi.
Jika asap bergabung dengan kabut maka terbentuklah asbut (asap kabut/smog).
Asbut berbagai jenis gas yang terbentuk dari serentetan reaksi fotokimia,
diantaranya ozon, aldehida dan peroksiasetil nitrat (PAN=CH3-COOONO2).
2.5 KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel 1.4 aplikasi koloid:
Jenis industri
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju, mentega,
susu, saus salad
|
Industri kosmetika
dan perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan,
pensilin untuk suntikan
|
Berikut ini adalah
penjelasan mengenai aplikasi koloid:
§ Pemutihan Gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
§ Penggumpalan Darah
Darah
mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka
kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+dan Fe3+, dimana ion-ion tersebut
akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu
penggumpalan darah.
§ Pembentukan Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung
partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan
air laut mengandung ion-ion Na+, Mg2+, dan Ca2+yang
bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari
air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi
koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
§ Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau
udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung
zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini,
digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan
digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang kami telah jelaskan diatas, maka kami dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
Contoh dari sistem koloid tidak hanya dapat
kita temukan dengan melakukan percobaan terlebih dahulu, tetapi sangat banyak
dilingkungan sekitar kita dan sering kita jumpai.
Dari berbagai macam sistem koloid tersebut, kita dapat membedakannya berdasarkan jenis-jenis koloidnya, sehingga kita dapat mengetahui benda tersebut termasuk kedalam katagori kolid apa.
Dari berbagai macam sistem koloid tersebut, kita dapat membedakannya berdasarkan jenis-jenis koloidnya, sehingga kita dapat mengetahui benda tersebut termasuk kedalam katagori kolid apa.
3.2 Saran
- Sebaiknya kita perlu mengetahui macam-macam serta bentuk-bentuk koloid
- Mempelajari manfaat dari bebrbagai bentuk koloid
- Serta menerapkan didalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
6. Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester
Kedua. Jakarta : Yudhistira.
7. http://susigoonshy.blogspot.com/2011/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
8. http://aridhoprahasti.blogspot.com/2013/05/perbedaan-lengkap-sol-hidrofil-dan-sol.html
9. http://mariyam1chemist.wordpress.com/2010/05/23/koloid-liofil-dan-liofob/
10. http://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/sistem-koloid/sifat-sifat-koloid/
11. http://tugasgw.wordpress.com/2009/07/24/pembuatan-sistem-koloid/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar